Minggu, 28 April 2013

Pending Message - Amel


11.50 WIB, Asap mengepul ke langit membaur dengan udara siang “Kota Angin” begitu orang biasa menyebutnya, kota kelahiran Fadli. Tampak beberapa petugas KA memberi isyarat bahwa Kereta akan segera meninggalkan Stasiun. Kereta mulai menjauh hingga Stasiun kecil kota Nganjuk perlahan mengabur dan hilang.

“gak kerasa, udah duduk dikursi ini... lagi”. Suara Faadi lirih helaan nafas panjang sebagai penutupnya. Duduk dikursi yang sama, yang ia tempati saat akan berangkat ke Kota Nganjuk namun kini dengan suasana hati yang jauh berbeda.

Bangku yang dekat dengan jendela, kebiasaan Fadli jika bepergian menggunakan kereta, pandangannya menerawang jauh keluar jendela, disana hanya tanpak persawahan dan perbukitan. Yang ia liat jauh dari sekedar apa yang ada didepan matanya sekarang, perasaan sangat-sangat dalam dan tidak ada yang tau, bahwa dibilik hatinya ada sebuah rasa yang tertahan.

Stasiun persinggahan pertama setelah berangkat dari kota Nganjuk sudah terlewati, tampak beberapa penumpang dari Stasiun persinggahan mencoba mencocok-cocokan tiket yang dipegang dengan nomer kursi yang sudah tertera. Pedagang asongan mulai bertambah, mondar-mandir dengan menjajakan dagangannya. Bau gerbong memancarkan bau beraneka ragam, meski didalam gerbong ada 4 buah kipas angin gantung tetapi tidak mengurangi sedikit pun aroma yang tercipta dan menyatu dengan udara panas siang itu, mulai dari asap rokok, bau parfum dengan entah bermerek apa hingga satu gerbong dapat mencium baunya, sampai bau durian tidak lupa ikut ambil bagian. Tapi semua itu tidak membuyarkan lamunannya.

“kemarin aku punya waktu tujuh hari, dan 3 kali menatap mukanya langsung, kenapa tetep gak bisa terucap, Bodoh!, dasar Bodoh!, nyia-nyiain waktu gitu aja mungkin sekarang dia udah terlewat buat kamu, dli.. dasar payah!“ pekiknya sendiri didalam hati, ia tersenyum namun ada kegetiran yang tersirat didalamnya. Ya, sebuah senyum seseorang yang Kalah.

Pikirannya mengawang, meski raga sudah jauh meninggalkan kota angin, tapi tidak bisa dipungkirin sisi lain dari dirinya masih tertinggal disana dan terjebak oleh sebuah rasa, hasil dari keegoisan dan kepengecutannya.
Kini ia harus kembali berdiam di balik dinding pengecut. Dinding egois yang memisahkan rasa itu dari hati yang ingin diraihnya. Ia ikat erat-erat sayang yang sudah terlanjur pekat. Selamat.

♪♪ Melewatkanmu di lembaran hariku
Selalu terhenti di batas senyumanmu
Walau berakhir cinta kita berdua
Hati ini tak ingin dan selalu berdusta ♪♪

Handphonenya berdering sebuah “Pesan”, disaat yang gak tepat. Yang ia butuhkan sekarang hanya ingin merenung, sendiri. Tapi sebuah nama yang tertera dilayar Handphonenya membuatnya sulit untuk menunda untuk membukannya,

[1Pesan Diterima from Amel]

Segera ia buka, “hati2 di jalan ya, makasi  buat semuanya :)” senyumnya mengembang.

Ia tekan tombol [Replay], tapi sesaat itu juga ia urungkan, [Cancel].

Dan sekarang suasana didalam Gerbong perlahan bercampur-aduk, persis dengan apa yang sekarang ada didalam hatinya. (...)


@Stasiun Akhir Banyuwangi. Pukul 21:15 WIB


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hari Ini

Jumat, 11 Maret 2022 Ada beberapa hal terjadi disini maupun dibelahan dunia lain. ** Mulai dari invasi RS ke UK yang sudah memasuki hari ...