Jumat, 17 Mei 2013

Pending Message - Pier Love (Akhir)


(...) Kereta tiba di Stasiun Banyuwangi beberapa saat yang lalu, dari gerbong lima Fadli turun dengan muka lusuh hasil dari hanya beberapa menit dapat memejamkan matanya. Masih memerlukan 1jam perjalanan laut dan 4jam perjalanan darat menggunakan bus untuk sampai dikota Denpasar, kota tujuan Fadli.

“mmhh masih setengah jalan lagi...” keluhnya dalam hati.

Fadli tidak ingin terburu-buru menyebrang ke Gilimanuk meski sekarang ia sudah berada didepan Pelabuhan Ketapang. Kebiasannya, ada satu tempat yang tidak ingin ia lewatkan bila ada di Banyuwangi.

@DermagaCinta Jarak antara Stasiun Akhir Banyuwangi dengan DermagaCinta (begitu masyarakat sekitar menyebutnya) memang tidak terlalu jauh, hanya sekitar 2kilometer mungkin juga kurang, tepat sebelah selatan Pelabuhan Ketapang. Disinilah tempat yang biasa Fadli kunjungi bila berada di Banyuwangi, satu-satunya tempat yang ia rasa dapat membuang jauh semua pikiran penuh dengan kejenuhan. Meski sudah beberapa kali ketempat ini, Fadli hanya pernah mendengar dari orang jika di dermaga ini Sunrise terlihat bagus, sekalipun ia belum pernah melihatnya langsung dan kali ini ia berniat melihat fajar itu muncul dari sisi bumi bagian Timur dengan mata kepalanya sendiri.

04.30, Fadli menyusuri jembatan dermaga yang terbuat dari kayu-kayu balok yang tersusun rapi hingga dapat dilewati, dibuat dengan membariskan balok satu dengan balok yang lain hanya berjarak beberapa inchi hingga terlihat begitu rapi, demburan ombak menabrak kakian penyangga jembatan hingga menghasilkan percikan butiran air kelangit, membias bersama pantulan sorot lampu terang dari pelabuhan Ketapang hingga menghasilkan bias kekuningan. Tidak banyak perubahan ditempat ini semenjak terakhir Fadli kesini sebulan yang lalu.

Fadli terduduk ditepian dermaga, hatinya belum sepenuhnya iklas... namun, suatu keharusan untuknya mengiklaskan sesuatu yang bahkan belum sempat ia genggam. Kenyataan yang memang bodoh.

“seharusnya tujuanku kesana buat ngutarain langsung kalo aku sayang sama kamu, mel..”, ia menghela nafas panjang “... dan bukan cuma ngucapin selamat ulang tahun... seharusnya...”, pekiknya sendiri pelan. Perasaan tak rela itu menyelubungi hatinya lagi. Ia coba mengalihkan rasa itu namun hasilnya sama seperti terakhir ia dapatkan saat masi didalam kereta, rasa Ketidakrelaan yang tidak mendapati dasarnya hanya semakin dalam dan menekan hatinya. Pikirannya dipenuhi bayangan-bayangan perempuan itu. Bahkan, seseorang yang berjalan mendekati pun tidak ia rasakan kedatangannya. Sesosok bayangan dan semakin mendekat.

“mungkin sekarang waktu yang bener-bener tepat buat ngelupain kam...”, belum sempat Fadli menyeleseikan kalimatnya sendiri, sebuah suara dari arah belakang menyautnya.

“ngelupain siapa Fadli, ngelupain aku ya? Hihihi”, saut sosok itu dengan senyum menyeringai. Suara yang begitu familiar ditelinganya, sontak Fadli menoleh.

“loh, Amel! Kamu kok ada disini?!”, tanya Fadli terkejut sembari berdiri.

“jadi kamu gak mau nie aku ada disini?? hhihi”, sahut perempuan itu lagi.

“umm ya.. bukan gitu, aku kaget aja kamu bisa ada disini... jadi kamuu...”, belum sempat Fadli menyelesaikan kalimatnya lagi.

“...iya, aku kesini naik kereta, kereta yang sama yang kamu naikin tadi, kamunya aja gak peka kalo aku disini hehehe”, jelas perempuan berambut panjang itu, seperti mengerti apa yang ada dipikiran Fadli saat ini.

“..aku ngerasa ada sesuatu yang belum sempet kamu sampein lewat sms yang kamu kirim 2hari yang lalu, mungkin aku salah tapi itu juga keputusanku kenapa aku sampe ada disini..”, senyum perempuan itu mengembang senyum manis yang tidak pernah lepas dari benak Fadli, perempuan itu mendekati tepian jembatan pandangannya mengarah ke lautan lepas didepannya.

“tapi kamu... gimana kamu tau kalo aku disini??”, tanya Fadli masih dengan rasa terkejutnya melihat perempuan yang selama ini memenuhi otaknya tiba-tiba ada dihadapannya sekarang.

“kamu ingat, kamu pernah cerita panjang lebar tentang tempat ini ke aku... Tempat yang sering kamu kunjungi dan gak mungkin bakal kamu lewatin kalo lagi ke Banyuwangi. Ya.. aku nebak kamu pasti bakal kesini, jadi aku langsung kesini, dan benarkan tebakkan’ku gak meleset, hihihi”, jawab perempuan itu asal, ia juga ragu dengan tebakannya sendiri namun hatinya menginginkan ia untuk kesini.

Fadli menarik tangan Amel dan memeluknya, perempuan itu merasakan kehangatan yang diciptakan laki-laki itu, Amel tidak ingin melepas pelukkan itu, pelukkan yang selama ini amel ingin rasakan, pelukkan dari laki-laki yang selalu menemani setiap hari-harinya meski hanya lewat SMS dan telpon.

Fadli melepaskan pelukkannya, ia mengambil tangan permpuan itu,
“mungkin harusnya dari dulu aku bilang ini ke kamu, mel...”, Fadli menarik nafas dalam,

“aku terlalu pengecut, nyaliku ciut kalo udah didepan kamu, tp sekarang tekat ku udah bulat dan aku gak mau ngulangin penyesalanku lagi..” genggaman Fadli semakin erat, “mel... Aku Sayang sama kamu...”.

Perempuan itu mendaratkan bibirnya ke bibir laki-laki yang ada dihadapannya sekarang... begitu lembut, “aku juga sayang kamu, dli...”. senyum mengembang diwajah Fadli setelah behari-hari menhilang, laki-laki itu mencium kening perempuan yang sekarang menjadi perempuannya, senyum mengembang diantara keduannya. 

Sinar fajar mulai mengintip dari punggung bumi bagian timur, keluar dari persembunyiannya. Kini perlahan kehangatannya mulai menyebar menyelimuti Kota Banyuwangi. Sinar kuningnya menyeka wajah kedua insan itu. Sebuah cerita Sunrise diujung paling timur pulau jawa, dari tempat yang mengandung sebuah kata untuk mewakili segala rasa yang tercipta oleh pesonanya... Dermaga Cinta.

Foto : vDwipra @PierLove

–Tamat-

Minggu, 28 April 2013

Pending Message -Coretan


"Aku takbisa menyampaikannya. Aku terlalu pengecut buat ngungkapin rasaku untuk yang ke dua kali, mungkin aku terlalu egois membiarkan rasa ini hanya ‘ku gantung dibilik hati kepasrahan.

Aku terlalu pengecut buat sekedar ngungkapin, "aku itu udah terlalu sayang sama kamu.."
Aku terlalu pengecut buat sekedar bilang, "aku selalu memikirkanmu hingga lupa akan senggangnya waktu.."
Aku terlalu pengecut buat nanya, “kalo aku udah mandi, aku boleh jadi pacar kamu?”, seperti dulu saat pertama kita memulai segalanya. Setidaknya itu yang ku rasa.. Amel.
*bacalah*

Jika boleh berandai aku kepengen minjem mental bertanding yang dimilikin Cris Jhon yang jika dia terjatuh sekali, dia akan bisa sesegera bangkit. Terus aku bakal jalan ke arah 'mu buat ngungkapin apa yang ada didalam isi kepalaku yang saat ini ingin sekali menyeruak keluar.

Hanya beberapa menit yang aku butuhin, beberapa menit tidak lebih.. “AKU SAYANG KAMU” dengan berakhir bukan hanya sekedar jabat tangan melainkan sebuah genggaman. Dan semoga bukan hujan lagi yang menjadi temanya.

Aku kembali berdiam di balik dinding pengecut. Dinding egois yang memisahkan rasa ini dari hati yang ingin diraihnya. Aku ikat erat-erat sayang yang sudah terlanjur pekat."

- (Nomer ini Berada Diluar Jangkauan Silahkan Meninggalkan Pesan, Nomer ini Akan Menghubungi Anda Kembali- 1 read message from 0857*****646, Amel). Perjalanan Nganjuk-Banyuwangi.

Pending Message - Amel


11.50 WIB, Asap mengepul ke langit membaur dengan udara siang “Kota Angin” begitu orang biasa menyebutnya, kota kelahiran Fadli. Tampak beberapa petugas KA memberi isyarat bahwa Kereta akan segera meninggalkan Stasiun. Kereta mulai menjauh hingga Stasiun kecil kota Nganjuk perlahan mengabur dan hilang.

“gak kerasa, udah duduk dikursi ini... lagi”. Suara Faadi lirih helaan nafas panjang sebagai penutupnya. Duduk dikursi yang sama, yang ia tempati saat akan berangkat ke Kota Nganjuk namun kini dengan suasana hati yang jauh berbeda.

Bangku yang dekat dengan jendela, kebiasaan Fadli jika bepergian menggunakan kereta, pandangannya menerawang jauh keluar jendela, disana hanya tanpak persawahan dan perbukitan. Yang ia liat jauh dari sekedar apa yang ada didepan matanya sekarang, perasaan sangat-sangat dalam dan tidak ada yang tau, bahwa dibilik hatinya ada sebuah rasa yang tertahan.

Stasiun persinggahan pertama setelah berangkat dari kota Nganjuk sudah terlewati, tampak beberapa penumpang dari Stasiun persinggahan mencoba mencocok-cocokan tiket yang dipegang dengan nomer kursi yang sudah tertera. Pedagang asongan mulai bertambah, mondar-mandir dengan menjajakan dagangannya. Bau gerbong memancarkan bau beraneka ragam, meski didalam gerbong ada 4 buah kipas angin gantung tetapi tidak mengurangi sedikit pun aroma yang tercipta dan menyatu dengan udara panas siang itu, mulai dari asap rokok, bau parfum dengan entah bermerek apa hingga satu gerbong dapat mencium baunya, sampai bau durian tidak lupa ikut ambil bagian. Tapi semua itu tidak membuyarkan lamunannya.

“kemarin aku punya waktu tujuh hari, dan 3 kali menatap mukanya langsung, kenapa tetep gak bisa terucap, Bodoh!, dasar Bodoh!, nyia-nyiain waktu gitu aja mungkin sekarang dia udah terlewat buat kamu, dli.. dasar payah!“ pekiknya sendiri didalam hati, ia tersenyum namun ada kegetiran yang tersirat didalamnya. Ya, sebuah senyum seseorang yang Kalah.

Pikirannya mengawang, meski raga sudah jauh meninggalkan kota angin, tapi tidak bisa dipungkirin sisi lain dari dirinya masih tertinggal disana dan terjebak oleh sebuah rasa, hasil dari keegoisan dan kepengecutannya.
Kini ia harus kembali berdiam di balik dinding pengecut. Dinding egois yang memisahkan rasa itu dari hati yang ingin diraihnya. Ia ikat erat-erat sayang yang sudah terlanjur pekat. Selamat.

♪♪ Melewatkanmu di lembaran hariku
Selalu terhenti di batas senyumanmu
Walau berakhir cinta kita berdua
Hati ini tak ingin dan selalu berdusta ♪♪

Handphonenya berdering sebuah “Pesan”, disaat yang gak tepat. Yang ia butuhkan sekarang hanya ingin merenung, sendiri. Tapi sebuah nama yang tertera dilayar Handphonenya membuatnya sulit untuk menunda untuk membukannya,

[1Pesan Diterima from Amel]

Segera ia buka, “hati2 di jalan ya, makasi  buat semuanya :)” senyumnya mengembang.

Ia tekan tombol [Replay], tapi sesaat itu juga ia urungkan, [Cancel].

Dan sekarang suasana didalam Gerbong perlahan bercampur-aduk, persis dengan apa yang sekarang ada didalam hatinya. (...)


@Stasiun Akhir Banyuwangi. Pukul 21:15 WIB


Kamis, 17 Januari 2013

Surat Untuk Amel


Apa kabar kamu hari ini?
Ku harap Tuhan mengabulkan setiap do’a ku agar kamu selalu diberi kesehatan ...
Aku percaya Tuhan akan mengabulkannya, DIA pasti tau kalau seandainya kamu sakit, aku nggak bisa ada disamping kamu bahkan hanya untuk sekedar mengusap keningmu ...

Maafin ya aku tidak pintar dalam hal menyampaikan rindu lewat kata maupun puisi lewat tulis, tapi bagiku kamu lah puisi itu sendiri dan sajak terindah yang pernah aku temui. 

Mmm... bukan kah semalam kita baru bertemu? tapi kenapa rindu ku semakin menggebu oleh mu, baru semalam kamu dan aku berbicara banyak tentang hal-hal yang mungkin bagi orang lain obrolan tidak penting tetapi akan berubah menjadi penting buat ku kalau itu udah nyangkut tentang kamu ...
Kita bertemu? Iya, kita bertemu di mimpi ku... dan kamu beberapa hari terakhir telah menjelma menjadi bunga tidur saat aku mulai lelap tertidur ...

Malam demi malam biasa kita lewati berdua saling sekedar bertanya “kamu sudah makan sayang?”, sampai saling memberi teguran “kamu jangan lupa sholat ya...”, hanya lewat pesan singkat dan begitu sederhana, tapi aku yakin tidak ada sugesti atau mantra yang mampu membuat 'ku tersenyum spontan dikala sendiri kecuali pesan singkat darimu, ya kalimat sederhana 'mu itu ...

Dua hari lagi hari sabtu, yang kata sebagian pasangan berupa malam yang wajib dinikmati berdua dengan pasangan, tapi bagi ‘ku itu hanya sabtu malam biasa, entah sudah berapa sabtu malam atau kata orang sering diubah menjadi malam minggu ini yang tidak kita lewati berdua, dan ya... kita masih baik-baik saja bukan sayang :)

Ooh ya, apa kamu masih ingat kapan kita berkenalan?
Maaf, tapi aku telah lupa sayang... bukan aku ingin ngelupain awal kita berkenalan, tapi hanya saja aku tidak ingat kamu pernah menjadi orang asing buatku ...
Meski saat ini kita dipisahkan oleh lautan dan jarak ratusan kilo-kilometer, insya’allah aku akan selalu menjaga hatiku... aku tidak berjanji kepada 'mu, tapi aku berjanji kepadaNya yang sudah mengirim 'mu untuk ku...

Kita cukup percaya rencana Tuhan selalu indah... seperti saat ini, saat Tuhan memperkenalkanmu kepadaku dan berdo'a semoga akan berakhir dengan keindahan pula ...
Sebisa mungkin aku akan selalu menyisipkan 'mu diantara “Semoga” dan “Amin” disetiap sujud ku ...

Itu dulu yang ingin aku sampiin ke kamu, bayangan 'mu terus saja mengusik 'ku sedari tadi ingin mendapat bagian untuk diperhatikan ...

Akhir kata ...

Salam Sayang... buat Kamu. Amel :)




Denpasar, 17 Januari 2013
vDwipra

Hari Ini

Jumat, 11 Maret 2022 Ada beberapa hal terjadi disini maupun dibelahan dunia lain. ** Mulai dari invasi RS ke UK yang sudah memasuki hari ...