Selasa, 04 November 2014

Hanya Tulisan

Dengan perlahan kata per kata terangkai membentuk kalimat pesan yang mulut pun sulit menceritakan lewat lisan, berharap melalui tulisan tersampikan lebih baik ketimbang hanya diam melebur kemudian hanya menjadi angan.
Mungkin sedikit berbelit, namun semoga sudi meluangkan waktu biar sejumpit, membaca tak sesulit seperti halnya menulis, bukan?

Kembali pada kalimat awal, pesan ini untukmu..Atau lebih tepatnya, pesan dari hati untuk hati.

Kita cukup singkat bertatap muka awal bulan lalu, saling mengenalkan diri dengan sedikit malu-malu.

30 menit berlalu dari perjumpaan itu, seperti biasa waktu memang sedikit berjalan lebih cepat dan tak pernah mau mengalah ketika kita memintanya untuk melambat. 
Tetes demi tetes air hujan pun jatuh memberi sedikit rasa sejuk sore itu, bersamaan dengan siluet bayang senyummu memantul pada kaca jendela yang perlahan mengembun karena hujan, begitu jail menghampiri sepanjang waktu namun tak pernah datang sendiri, diikuti rindu mengendap-endap perlahan.

aku mulai menghubungimu entah sudah keberapa kalinya, tanpa pernah menanyakan kau suka atau tidak karena tingkahku.

Satu bulan berlalu,

Terlihat kau terpaku oleh ombak yang datang perlahan menyapu bagian terbawah celanamu, tatapanmu beralih pada lensa kamera yang sedari tadi fokus tertuju kepadamu, tanpa aba-aba air pantai mulai kau percikan ketawa kecil lahir darimu melihat jaket sportyku basah oleh ulah usilmu, dan aku tau..

Saat ini semesta ikut tersenyum juga saat itu..

Untukmu...  Untukku...

Jumat, 11 Juli 2014

MAU ‘KU.. DULU, KINI, dan NANTI


DULU kau pernah menyentilku dengan pertanyaan sindiranmu...
“…aku selalu menghadiri kebahagian teman-temanku, tapi giliranku kapan ya?” kau menantapku lalu memalingkan wajah dan tertawa kecil,

dan aku menjawab…

“…bersabarlah,
Ijinkan waktu yang menuntunmu ke arah kebahagian-kebahagian kecil yang KINI sedang ku persiapkan untukmu NANTI,
untuk itu sekali lagi, bersabarlah...” dalam hati.


Selasa, 29 April 2014

-Aku, Kamu.. dan Cerita Tuhan-


Aku juga bingung harus memulai dari mana. Seharusnya setiap cerita mempunyai awal yang jelas dan akhir yang bahagia (berharapnya seperti itu), mirip cerita sinetron tapi sayangnya bukan.

Ini tentang Aku dan Kamu.

Tentang seseorang yang menemukan dan dipertemukan. Ketika Aku sudah mulai “mengakrapi” kesendirian.

Lebih tepatnya keterpaksaan mengakrapi. Setidaknya dengan sendiri, kita bisa lebih mengerti apa yang kita ingini, setidaknya itu pikirku. Hal yang mustahil, terlebih bila sudah menyangkut masalah.. iya benar, Hati.

Kamu datang. Dan kita dipertemukan. Hanya satu bulan, dapat membuat kita layaknya mengenal cukup lama, berbicara tanpa batas, hingga sampailah pada titik inti.. Prihal hati.

Kita dipertemukan. Dengan keadaan yang hampir sama. Hati yang sama-sama memiliki bekas luka lama.

Lagi, diluar kemampuanku mencari sebab-akibat, aku tidak mengerti apa yang coba direncanakan Tuhan untuk kita.

Mempertemukan dua hati yang masih sama-sama berantakan.

Satu yang aku yakini selama ini. “Tuhan mempertemukan kita pasti memiliki alasan dan apapun itu adalah baik”.

Seperti itu bukan cara takdir bekerja?.

Dan sekarang, tugasku ialah memperjuangkan alasan itu. Mencoba memperjuangkan apa yang sepantasnya diperjuangkan, entah apa kata takdir nanti.. Terserah.

Ini tentang cerita Tuhan. Dan kebetulan melibatkan Aku serta Kamu. Begitulah aku menyimpulkan.


Desember, 
beserta doa penghujung tahun, Banyuwangi.




Hari Ini

Jumat, 11 Maret 2022 Ada beberapa hal terjadi disini maupun dibelahan dunia lain. ** Mulai dari invasi RS ke UK yang sudah memasuki hari ...