Dengan perlahan kata per kata terangkai membentuk kalimat pesan yang mulut pun sulit menceritakan lewat lisan, berharap melalui tulisan tersampikan lebih baik ketimbang hanya diam melebur kemudian hanya menjadi angan.
Mungkin sedikit berbelit, namun semoga sudi meluangkan waktu biar sejumpit, membaca tak sesulit seperti halnya menulis, bukan?
Kembali pada kalimat awal, pesan ini untukmu..Atau lebih tepatnya, pesan dari hati untuk hati.
Kita cukup singkat bertatap muka awal bulan lalu, saling mengenalkan diri dengan sedikit malu-malu.
30 menit berlalu dari perjumpaan itu, seperti biasa waktu memang sedikit berjalan lebih cepat dan tak pernah mau mengalah ketika kita memintanya untuk melambat.
Tetes demi tetes air hujan pun jatuh memberi sedikit rasa sejuk sore itu, bersamaan dengan siluet bayang senyummu memantul pada kaca jendela yang perlahan mengembun karena hujan, begitu jail menghampiri sepanjang waktu namun tak pernah datang sendiri, diikuti rindu mengendap-endap perlahan.
Tetes demi tetes air hujan pun jatuh memberi sedikit rasa sejuk sore itu, bersamaan dengan siluet bayang senyummu memantul pada kaca jendela yang perlahan mengembun karena hujan, begitu jail menghampiri sepanjang waktu namun tak pernah datang sendiri, diikuti rindu mengendap-endap perlahan.
aku mulai menghubungimu entah sudah keberapa kalinya, tanpa pernah menanyakan kau suka atau tidak karena tingkahku.
Satu bulan berlalu,
Terlihat kau terpaku oleh ombak yang datang perlahan menyapu bagian terbawah celanamu, tatapanmu beralih pada lensa kamera yang sedari tadi fokus tertuju kepadamu, tanpa aba-aba air pantai mulai kau percikan ketawa kecil lahir darimu melihat jaket sportyku basah oleh ulah usilmu, dan aku tau..
Saat ini semesta ikut tersenyum juga saat itu..
Untukmu... Untukku...